Celotehan Malam (18)

SEBELUM meninggal, alm. kakek saya pernah berpesan secara pribadi dan langsung kepada saya tentang hidup di rantau, kira-kira isinya begini

‘kalau kamu hidup di rantau, jika ada berita yang membahagiakan, segera beri tahu keluarga. Tapi jika ada berita yang tidak membahagiakan, cukup disimpan saja untuk diri sendiri’

Kakek saya berpesan seperti itu tentu saja dalam kapasitasnya sebagai orang tua yang kepengennya hanya mendengar hal-hal yang membahagiakan saja, bukan sesuatu yang tidak membahagiakan, apalagi membuat sedih keluarga.

Jadi beberapa hari ini saya sakit gigi. Sebenarnya sudah lama banget sejak saya sakit gigi yang terakhir, rasanya sudah bertahun-tahun yang lalu. Sakit yang sekarang ini sakit banget sampai saya pun mengalami demam selama beberapa hari berturut-turut. Pada suatu malam yang demam, saya mimpi bertemu alm. kakek saya itu. Dan dalam mimpinya kakek saya menyampaikan sesuatu kepada saya. Kakek saya tidak berkata-kata kepada saya, hanya menatap saya tajam, dan dalam tatapannya itu saya mendengar beliau mengatakan (yang ini tidak dapat saya jelaskan kenapa bisa terjadi seperti itu):

kalau sakit beri tahu keluarga, dan cepat berobat, jangan takut ke dokter gigi’ selanjutnya kakek saya juga menegur saya yang jarang mendoakan dia setelah sholat T,T.

Terlepas dari yang saya temui di mimpi itu apa benar kakek saya atau bukan, mimpi tersebut membuat saya berpikir akan dua hal. Yang pertama, saya bertanya-tanya apa kakek saya sudah merevisi pesannya terdahulu, bahwa saya cukup menyampaikan kabar bahagia saja ke keluarga, tidak perlu menyampaikan berita menyedihkan termasuk saat saya tengah sakit? (Saat saya menulis ini saya merasa ada yang memperhatikan saya dari jendela dan langsung saya tutup saja jendelanya—kok jadi horor). Kedua, kakek juga menegur saya yang jarang mendoakan beliau setelah sholat. Mungkin beliau jarang menemukan doa-doa saya diantara doa-doa kami–anak cucunya–yang sampai kepadanya. Maafkan cucumu ini kek!

Walhasil mimpi tersebut kemudian membuat saya harus mengabari keluarga bahwa saya tengah sakit sekaligus mengalami mimpi bertemu kakek. Dan ternyata bukan cuma itu, mimpi bertemu kakek entah bagaimana mengingatkan saya pada kematian. Saya bertanya-tanya, mbah, kira-kira kapan kita bisa ketemu lagi ya? Wallahu a’lamu. 

Rumah kami di kampung terletak di jalan yang mengarah ke pekuburan. Setiap ada warga kampung yang meninggal, maka iring-iringan jenazah pasti melewati rumah kami. Setiap jenazahnya itu dibawa dengan keranda melewati rumah kami, saya selalu berpikir, bagaimana ya rasanya digotong dengan keranda?. Memang agak serem, tapi itu adalah sesuatu yang pasti akan terjadi. Semoga dengan mengingat kematian kita senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Dan alhamdulillah, sekarang sakit itu perlahan membaik. Selamat malam senin!

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.