MAYCOMB adalah sebuah kota tua yang kelelahan saat kali pertama aku mengenalnya. Saat musim hujan, jalanan berubah menjadi kubangan lumpur merah; semak tumbuh di trotoar, gedung pengadilan melesak di alun-alun. Dahulu, cuaca terasa lebih panas, anjing hitam menderita pada siang musim panas; bagal kerempeng kepanasan yang menghela kereta Hoover mengibas-ngibas lalat dalam bayangana pohon ek di alun-alun. Kerah baju kaku kaum lelaki tampak lusuh pada pukul sembilan pagi. Kaum wanita mandi sebelum tengah hari, setelah tidur siang pukul tiga, dan saat senja tiba mereka menyerupai kue teh lembut yang berlapis keringat dan bedak wangi.
Begitu kira-kira Harper Lee, penulis novel To Kill a Mockingbird menggambarkan bagaimana suasana kota kecil Maycomb pada suatu masa. Tinggal dan hidup di kota itu, dua orang anak kecil kakak beradik Scout dan Jem. Scout merupakan anak perempuan kecil yang menjadi tokoh aku di novel ini. Ibu mereka meninggal saat Scout berumur 2 tahun. Dan mereka dibesarkan oleh ayah mereka yang seorang pengacara, Atticus.
Novel lama, yang juga telah difilmkan dengan judul yang sama. Bercerita tentang perilaku rasis pemerintah dan masyarakat kala itu, yang membedakan kaum negro dan kaum kulit putih. Suatu ketika, salah seorang negro bernama Tom Robinson dituduh memperkosa salah seorang wanita kulit putih, dan Atticus diminta untuk menjadi pengacaranya.
Awal membaca novel ini saya sedikit bingung, terutama saya kesulitan menemukan benang merahnya. Namun ternyata semakin saya baca, saya semakin mengerti dan semakin paham, terutama mengenai perasaan Scout dan bagaimana dia dan kakaknya serta ayahnya melihat masyarakat kala itu. Masyarakat yang membeda-bedakan kulit putih dan kulit hitam. Bahkan di antara kaum kulit putih pun mereka saling membeda-bedakan berdasarkan riwayat dan kehormatan keluarga masing-masing.
Atticus adalah pengacara berwibawa yang menyedihkan. Dia tidak menikah lagi sejak istrinya meninggal, dan dia harus membesarkan Jem dan Scout. Perilaku Scout yang tomboy membuat Atticus dan Jem sendiri dicela, bahwa dia disebut salah asuhan. Terlebih ketika Atticus harus menjadi pengacara bagi Tom Robinson yang notabene kulit hitam dan telah melakukan pemerkosaan terhadap kaum kulit putih: Atticus dan keluarganya menjadi bulan-bulanan.
Diceritakan dalam novel tersebut, bahwa sekeras apapun Atticus membela dan mencoba menyelamatkan Tom Robinson dari tiang gantungan, kaum negro tetaplah kaum negro. Mereka memiliki sisi-sisi kenegroan yang tidak dimiliki kaum kulit putih: bertindak gegabah dan tidak memikirkan masa depan. Suatu hari, di tengah upaya Atticus naik banding terhadap kasusnya, Tom Robinson mencoba melarikan diri dari penjara dan dia harus ditembak mati.
Herannya, meskipun kasus Tom Robinson telah berakhir, Atticus tetap mendapatkan perlawanan dari orang-orang sekitar, salah satunya adalah keluarga yang (merasa) menjadi korban perkosaan. Bahkan Jem dan Scout hampir menjadi korban pembunuhan pada suatu malam sepulang mementaskan drama di sekolah.
Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1960, tepat 55 tahun yang lalu. Pantas saja gaya bahasanya kadang agak membingungkan bagi saya. Namun novel ini berhasil memberikan gambaran kepada saya mengenai perlakuan orang kulit putih kepada negro di masa itu.
Berikut filmnya yang saya ambilkan dari Youtube