SETELAH beberapa minggu vakum gara-gara kesibukan pribadi, akhirnya saya kembali menekuni hobi lama saya: membaca. Minggu kemarin sempat belanja beberapa buku baru di Gramedia dan minggu ini waktunya melahap bacaan-bacaan itu. Beberapa bagus, beberapa biasa saja, dan beberapa menurut saya jelek.
Membaca buku, menurut saya sama saja dengan makan atau mendengarkan musik. Saat menemukan buku yang bagus, maka saya akan menikmatinya sama seperti saat saya makan makanan yang enak atau mendengarkan musik yang bagus. Sampai saat ini saya masih percaya bahwa tongkat sihir memilih tuannya, sama seperti hati, memilih siapa penghuninya (eaa). Begitu juga dengan buku, memilih siapa pembacanya. Maka saat mendatangi toko buku saya akan membebaskan kaki saya melangkah ke seluruh penjuru toko buku, tidak peduli ke rak buku filsafat, buku ekonomi, hukum, novel, atau bahkan komik sekalipun. Karena saat saya melangkah itu, saya membiarkan buku-buku (bagus) memilih saya sebagai pembacanya.
Soal makanan dan musik tidak jauh dari soal buku, meskipun sebenarnya dua hal tersebut berbeda. Saat memakan makanan yang enak, saat itu saya akan merasa bahagia, hati saya terasa ringan seperti kapas putih yang beterbangan š Saya akan menggoyang-goyangkan kaki saya seperti saya bahagia ketika makan makanan enak waktu kecil. Aaah semudah itu bahagia buat saya. Musik? sama saja pada hakikatnya. Meski setiap orang memiliki selera musiknya masing-masing, tapi telinga sejatinya sudah tahu mana musik yang bagusĀ dan mana musik yang tidak bagus/enak untuk didengarkan. Betul?
Dan saya senang mengkombinasikan ketiganya. Membaca buku bagus setelah memakan makanan yang enak sambil mendengarkan musik yang bagusĀ adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Sesederhana itu.
Mari terus membaca, merasa dan mendengarkan. š
–Radio Dalam, 31 Oktober 2015–