SEGERA setelah dua orang petugas pajak dibunuh oleh Wajib Pajak beberapa hari lalu, banyak bermunculan orang-orang ahli, yang keahliannya diperoleh mendadak. Ahli perpajakan, ahli tata negara, ahli manajemen, ahli kriminologi, dsb. Masing-masing memberikan komentar sesuai sudut pandang masing-masing. Tak jarang komentar yang disampaikan merupakan sesuatu yang tidak berdasar, atau didasarkan pada ‘ketidaksukaannya’ pada Direktorat Jenderal Pajak.
Secara pribadi, saya ikut prihatin dan tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarga korban. Bayangkan saja, keluarga sendiri, tewas saat melaksanakan tugas negara dengan cara yang sama sekali tidak diharapkan. Saya hanya tidak percaya bahwa keadaan tersebut tidak membuat seseorang berhenti mencela atau menjelekkan dirinya dan institusinya.
Semoga kejadian ini merupakan yang pertama sekaligus yang terakhir dalam sejarah perpajakan Indonesia. Dimana seorang abdi negara yang datang ke Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan ketentuan undang-undang, dibunuh oleh Wajib Pajak.
Pimpinan DJP kemudian menyatakan perang terhadap teroris pajak, dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada almarhum. Dalam pesannya kepada seluruh pegawai DJP, Dirjen Pajak mengatakan duka cita yang mendalam atas kejadian yang dialami almarhum dan meminta kepada aparat penegak hukum untuk memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku.
Dirjen Pajak menutup pesannya dengan mengatakan bahwa mati sekarang atau kapan saja sama saja; saya membacanya sebagai mati hari ini atau besok sama saja. Entah kenapa kalimat penutup tersebut terngian-ngiang di benak saya selama beberapa hari ini. Saya langsung teringat kalimat Soe Hok Gie yang juga mengutip kalimat seorang filsuf yang mengatakan bahwa nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua.
Secara pribadi saya kurang setuju dengan kalimat mati hari ini atau besok sama saja. Lalu, setelah melalui perenungan yang cukup mendalam (haish) saya menemukan apa yang kurang dalam kalimat tersebut. Karena menurut saya, mati hari ini jelas berbeda dengan mati esok hari.
Lalu saya pun melengkapi kalimat tersebut sebagai berikut: mati hari ini atau besok sama saja, jika kita tidak bermanfaat bagi orang lain.
Semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.
🙂