Pelayan Restoran dan Organisasi Kita

TERUS terang saya agak bete saat saya menanyakan salah satu menu masakan di restoran yang saya tidak tahu kepada pelayan restoran, lalu pelayan tersebut menjawab ‘tidak tahu’. Kira-kira begini dialognya:

Saya : Mba, Afogatto Bolbalaga Cihua-hua itu makanan apa ya?
Pelayan:  Wah saya kurang tahu Pak!

Atau

Saya : Mba, Afogatto Bolbalaga Cihua-hua itu makanan apa ya?
Pelayan:  Kayanya rasanya coklat-coklat bau busuk gitu deh Pak!

Padahal saya menginginkan jawaban yang lebih terperinci, mendetail dan lengkap, misalnya:

Saya : Mba, Afogatto Bolbalaga Cihua-hua itu makanan apa ya?
Pelayan:  Oh itu adalah buah avocado yang telah terlebih dahulu dikupas kulitnya, dikeringkan dagingnya dan didiamkan di dalam suhu ruangan selama 2 minggu. Lalu daging tersebut dihancurkan, dicampur dengan tepung meizena dan dicampur dengan madu dari hutan Tesso Nillo dan telur ayam kampung, diuleni dan dibuat adonan. Adonan tersebut dipanggang dalam suhu 50 derajat fahrenheit selama kurang lebih 1/2 jam, lalu dihidangkan dengan saus strawberry dicampur dengan potongan buah plum dan mangga Indramayu dipotong kubus. Dan tak lupa, untuk menyajikannya chef harus menari Bolbalaga Cihua-hua.

Tentu saja dialog di atas murni karangan saya. Tapi setidaknya saya mengharapkan jawaban yang lengkap dan mendetail seperti itu, bukan jawaban saya tidak tahu pak, atau kayanya sih rasanya coklat-coklat masam begitu pak. Bukannya apa-apa, saya bertanya karena saya tidak tahu makanan itu, tentu saja saya membutuhkan informasi mengenai rasanya, bahan pembuatnya, kehalalannya, asalnya (mungkin), atau bahkan nama chef-nya (yang ini gak wajib-wajib banget sih!).

Menurut saya, pelayan restoran harus tahu menu apa saja yang ada di buku menu dan apa rasanya, termasuk bagaimana cara pembuatannya. Hal itu akan membantu pelayan dalam memberikan service kepada pelanggan. Bukan hanya sekedar mencatat menu dan menyampaikannya ke chef. 

Maka, pengenalan seluruh menu makanan kepada pelayan restoran merupakan hal yang penting dan urgen dalam bisnis makanan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi restoran dan karyawannya, tetapi juga bagi semua entitas, entah profit maupun nonprofit. Perusahaan/Institusi entah bagaimana caranya harus membuat karyawan mengenal perusahaan/institusinya. Karena dengan mengenal secara penuh dan menyeluruh akan membuat karyawan merasa memiliki perusahaan/institusi tersebut.

Bagi organisasi seperti DJP, pengenalan terhadap tugas dan fungsi, apa saya sumber daya/resources yang dimiliki, maupun apa saja resiko pekerjaan yang akan dihadapi akan membuat karyawan sadar bahwa di pundaknya dipanggulkan beban yang berat. Seringnya kita sering saklek menggunakan prinsip GIGO, gold in gold out dan garbage in garbage out. Padahal, meskipun yang masuk berupa emas, namun diolah dan dibekali secara sembarangan, kadar keemasannya akan turun, atau bahkan pudar sama sekali.

Advertisement

1 Comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.