SESUATU yang salah yang dilakukan berulang-ulang kadang dianggap benar. Sejak SD saya didoktrin bahwa mendahului kendaraan lain harus dari sebelah kanan, tapi ternyata di sini (baca: Jakarta) mendahului dari sebelah kiri adalah hal yang biasa dan dibernarkan. Saya takut bahwa benar dan salah hanyalah tentang kebiasaan.
Saya pernah membaca di suatu literatur bahwa benar dan salah itu pasti, tetapi baik dan buruk itu relatif. Sejatinya saya sangat setuju. Benar dan salah haruslah suatu kepastian, bukan lagi berdasarkan kebiasaan. Misalnya tentang agama, yang jelas adalah hukum mengenai benar dan salah. Agama tidak bisa didasarkan pada kebiasaan. Sementara baik dan buruk itulah yang berdasarkan norma dan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat.
Saya bukan sarjana sosiologi yang berhak membicarakan tingkah dan perilaku manusia. Bahkan sarjana pun saya bukan. Saya hanya mengamati perilaku orang kita (manusia) jaman sekarang yang sudah mulai nyeleneh. Mungkin ini memang tanda bahwa jaman akhir sudah dekat.
Tapi sudahlah, siapa saya membicarakan mengenai hal itu. Yang jelas saat ini saya bahagia.
Selamat berbahagia, semoga kita senantiasa diliputi kebahagiaan.
Kebahagiaan itu ditemukan, bukan ditunggu 🙂