TIDAK ada yang istimewa bagi saya dan keluarga di 22 Desember. Hari ibu? Mungkin semua orang memperingatinya: memberikan kado untuk ibu, mengucapkan selamat, ganti DP/PP atau bahkan sekedar update status di media sosial. Tetapi tidak dengan saya dan keluarga.
Ibu saya bahkan tidak tahu bahwa di tanggal 22 Desember ini, jabatannya sebagai seorang ibu diperingati semua orang. Ibu saya bukan tipikal orang yang bereuforia dengan peringatan. Peringatan menjadi peringatan bagi siapa yang memperingatinya, bagi yang tidak memperingatinya: tetap tidak menjadi apa-apa. Karena tidak pernah bereuforia itu, tanggal 22 Desember tetap berlalu tanpa sesuatu yang istimewa.
Pernah dulu (jaman SMA) saya bertanya ke ibu saya mengenai 22 Desember ini. Kalau saya tidak salah ingat ibu mengeluarkan jawaban seperti ini: diperingati atau tidak, ibu tetap menjadi ibu dari kalian, tidak akan berubah dan tidak akan pernah berubah!
Jadi kepada siapa saya menyampaikan ‘selamat hari ibu’ jika ibu saya tidak mengenal hari ibu? Hari ibu bagi ibu saya adalah kesehariannya, karena menjadi ibu adalah kenikmatan dan anugerah terbesar baginya, juga bagi ibu-ibu yang lain saya rasa.
Hanya doa yang bisa saya panjatkan untuk ibu saya semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, kebahagiaan, dan kekuatan baik lahir maupun batin untuk ibu saya. Amin.