Inter Stellar: Drama Antargalaksi

BEBERAPA hari yang lalu dalam perjalanan pulang Bandung-Jakarta, seorang teman tiba-tiba nyeletuk seperti ini: “Eh, kalian tau kan kalau satuan panjang cahaya dalam ruang hampa udara dinyatakan dengan tahun cahaya? Jadi kalau ada suatu planet yang jaraknya 2 juta tahun cahaya dari bumi, artinya untuk menuju planet tersebut kita benar-benar membutuhkan waktu 2 juta tahun dikali kecepatan cahaya”. Waktu itu karena capek dan tidak berniat memikirkannya lebih lanjut, pembicaraan pun berhenti sampai di situ.

Keesokan harinya, saya iseng mencari artikel yang relevan dengan pernyataan teman saya tersebut. Meski pernah merasakan juara pertama lomba olimpiade fisika tingkat kabupaten (hanya tingkat kabupaten saja), saya bahkan tidak pernah menyadari arti yang sesungguhnya dari tahun cahaya. Saya hanya menganggapnya sekilas saja. Salah satu artikel yang saya temukan menulis:

Untuk sampai ke bumi, cahaya matahari membutuhkan waktu 8 menit 20 detik. Artinya sinar matahari yang kita nikmati di bumi saat ini adalah sinar dari 8 menit 20 detik yang lalu. Bukan sinar yang benar-benar saat ini sedang dipancarkan oleh matahari.

Pembahasan selanjutnya dalam artikel tersebut adalah tentang relativitas waktu. Saya jadi ingat, waktu SMA guru fisika saya pernah bercerita mengenai relativitas waktu ini. Jika ada dua orang kembar, kemudian mereka dipisahkan (tempat hidupnya), satu tinggal di bumi dan satu lagi tinggal di ruang angkasa (waktu itu guru saya hanya menyebut ruang angkasa saja), maka ketika kembali bertemu di bumi, usia dua orang ini akan berbeda. Bisa jadi yang di bumi akan lebih tua daripada yang tinggal di ruang angkasa, atau sebaliknya, yang tinggal di bumi justru lebih muda.

Materi sejenis saya temukan persis di film yang baru saja saya tonton , sebuah film bagus yang sukses mengaduk-aduk perasaan dan membuat kita yang menontonnya harus menahan nafas dan ikut  merasakan sensasi berada di galaksi lain: inter stellar. 

Adalah Cooper (Matthew McConaughey), seorang mantan insinyur dan pilot NASA yang terpaksa menjadi petani akibat bumi yang mulai rusak karena global warming, dimana-mana terjadi kekeringan, kekurangan air, dan kelaparan. Bumi tidak lagi menjadi rumah bagi manusia. Di tengah keputus-asaan hidup di bumi bersama ayah dan kedua anaknya (salah satunya berumur 10 tahun bernama Murph, diperankan oleh Mackenzie Foy), Cooper ditawari oleh Prof Brand (Michael Chaine) dan anaknya Amelia Brand (Anne Hathaway) untuk mengendarai pesawat luar angkasa milik NASA untuk mencari kehidupan di galaksi lain, menjalankan misi penyelamatan bumi: Lazarus.

Sebenarnya Lazarus bukan misi pertama yang dikirimkan, karena sebelumnya NASA sudah mengirimkan beberapa astronot lainnya (Miller, Mann dan Edmunds), namun tidak menghasilkan. Misi ini akan membawa Cooper dan 3 orang timnya (salah satunya Amelia Brand) menuju Saturnus, kemudian melintasi lubang cacing (wormhole) dan membawa mereka ke galaksi lain.

Kepergian Cooper adalah kesakithatian bagi Murph yang baru berumur 10 tahun kala itu. Mengingat di kamarnya sendiri Murph mendapatkan isyarat (yang dia menyebut isyarat ini dari hantu di kamarnya) bahwa ayahnya tidak boleh pergi, harus tinggal: STAY begitu pesan yang disampaikan oleh hantu di kamar Murph melalui morse. Namun Cooper tetap pergi. Maka Murph marah kepada ayahnya, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian.

Sensasi-sensasi hening, menegangkan, bahkan sampai  getaran pesawat akibat tumbukan antara Endurance (nama pesawat mereka) dengan lubang cacing membuat film ini sangat dramatis. Kita diajak ikut merasakan bagaimana rasanya berada di luar angka. Endurance berhasil mencapai galaksi lain. Misi mereka adalah menguji apakah planet Miller, Mann atau Edmunds yang layak ditinggali oleh manusia.

Karena pengaruh relativitas, waktu di planet Miller (planet asing, namun dinamai seperti nama pilot yang berhasil mencapai ke sana, begitu juga dengan dua planet lainnya) sangat berbeda jauh dengan waktu di bumi. 1 jam di Miller sama dengan 7 tahun di bumi. Oleh karena itu mereka harus benar-benar efektif berada di sana. Segera setelah mendarat di Miller, yang mereka dapatkan hanyalah puing-puing pesawat milik Miller. Miller sendiri pun sudah meninggal akibat pesawatnya hancur. Ditambah kondisi planet Miller yang keseluruhannya dilingkupi air. Bahkan ada satu adegan dimana mereka pikir itu adalah sebuah gunung, namun ternyata ombak yang amat sangat besar. Misi di planet Miller gagal, padahal mereka sudah menghabiskan 23 tahun 4 bulan waktu bumi: kenyataan ini membuat mereka sedih dan menyesal, mengingat waktu untuk menyelamatkan bumi semakin menipis.

Adegan-adegan menegangkan dan suasana kecemasan akan masa depan, kesedihan, dan penyesalah berhamburan di film ini membuat saya beberapa kali menahan nafas, bahkan sampai ikut berkaca-kaca.

Misi berikutnya membawa mereka ke planet Mann, dimana mereka menemukan Pilot Dr Mann yang ternyata masih hidup dalam hibernasi panjangnya (tidur panjang di luar angkasa yang dilakukan pilot luar angkasa, menunggu seseorang datang menyelamatkannya tanpa membuatnya menua). Dr Mann mengatakan bahwa planet Mann layak ditinggali manusia, meskipun pada akhirnya ini hanyalah kebohongan yang dia sengaja. Dr Mann sendiri pada akhirnya adalah musuh yang akan menggagalkan misi mereka. Dr Mann tewas karena ledakan sebagian dari pesawat Endurance.

Mereka sudah menghabiskan puluhan tahun, tanpa hasil!

Misi selanjutnya menuju planet Edmunds, dengan Endurance yang sebagian rusak ditambah bahan bakar pesawat yang sudah menipis. Untuk mengatasinya, Cooper membawa pesawat ke sisi luar Gargantula (nama salah satu blackhole) dan melintaskan pesawat di titik kritisnya hingga dia tidak perlu mengeluarkan bahan bakar, serta melepaskan beberapa bagian pesawat, termasuk melepaskan dirinya melintasi bagian belakang horizon Gargantula: menjawab misteri blackhole yang belum juga ditemui manusia. Maka Cooper berpisah dengan Amelia Brand.

Dan di sinilah perjuangan Cooper untuk menyelamatkan diri dan manusia. Bagaimana tidak, misteri di belakang horizon Gargantula justru membawanya ke kamar anaknya sendiri: Murph, tepat sebelum dia berangkat menjadi pilot Endurance. Pesan yang dibaca Murph sebagai STAY ternyata adalah pesan yang dia kirimkan sendiri, bukan hantu seperti yang dikatakan Murph. Lagi-lagi relativitas waktu. Belakang horizon gargantula adalah sebuah galaksi lima dimensi, dimana waktu dan gravitasi adalah bagian dari dimensinya. Galaksi ini membawa Cooper ke kamar Murph yang menghadirkan seluruh kejadian. Dari Murph kecil hingga Murph dewasa (diperankan oleh Jessica Chastain).

Sejujurnya film ini mengingatkan saya pada film yang tayang pada 2013 lagu, Gravity. Sensasi ketegangan, keheningan, ketakutan, kecemasan, dan keheningannya sama. Film ini membuat saya semakin sadar bahwa di tengah kumpulan galaksi yang amat sangat luas ini, manusia hanyalah setitik debu yang tidak ada artinya.

Lalu, apakah Cooper berhasil mengirimkan pesan kepada Murph untuk menyelamatkannya yang tengah ‘terjebak’ di galaksi lain?

Selamat menonton!

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.