BOGOR selalu menyimpan cerita tersendiri bagi saya. Dulu sering sekali malam-malam (sekitar jam 22.00 atau 23.00) saya bersama teman-teman naik metromini Bogor-Depok yang kalau malam larinya kaya roller coaster karena supirnya ngebut super mampus. Sering juga saya bersama teman-teman berdesak-desakan di angkot Cibinong-Bogor untuk sekedar hang out. Ya, kota Bogor pernah singgah di hati saya.
Suatu hari saya pernah naik KRL dari Jakarta ke Bogor. Tahu sendiri kan bagaimana kondisi KRL di Jakarta? penuh, panas, dan berdesak-desakan. Kebetulan saya dapat tempat duduk. Di salah satu stasiun, ada nenek-nenek bersama seorang cucunya naik dan berdiri tepat di depan saya duduk. Karena saya merasa nenek tersebut lebih berhak duduk daripada saya, saya pun menawarkan tempat duduk saya kepada si nenek.
“Nek, duduk aja Nek,” kata saya berbasa-basi sambil berdiri
Di luar dugaan saya, nenek tersebut menjawab kecut sambil cemberut dengan mata (maaf) agak melotot
“Gak usah! Saya beli tiketnya dua, sama cucu saya. Kalau duduk juga harus berdua!” Jawabnya dengan sedikit membentak.
Ya saya sih tidak tahu, peristiwa apa yang dialami nenek itu sebelumnya sampai-sampai harus melampiaskan kemarahannya kepada saya. Mata saya pun memanas, nafas memburu, muka memerah, hehe—lebay. Saya kan cuma berniat membantu. Karena tempat duduknya cuma satu, ya jangan salahkan saya donk nek. Kan bisa cucunya dipangku. Dengan agak bengong dan kaget, saya pun menjawab
“Oooh … ya sudah Nek, biar saya saja yang duduk”
Oooh dunia, niat baik kadang tidak diterima dengan baik oleh orang lain.
Saya juga pernah naik angkot ke Bogor sendirian. Waktu itu hari Sabtu atau hari Minggu, saya lupa; yang jelas hari libur kerja. Saya naik angkot pertama, jadi masih kosong. Saya pun mengambil bangku tengah, menyisakan satu tempat kosong di pojok belakang. Semakin mendekati Bogor, angkot semakin penuh. Saat itu kursi yang kosong hanya di pojokan yang saya sisakan. Di sekitar Jambu Dua ada ibu-ibu (agak gemuk) naik. Karena hanya satu kursi kosong di pojokan tersebut, ibu itu pun menuju pojokan. Sialnya kaki saya keinjek sama ibu itu waktu dia melewati saya. Saya pun meringis kesakitan karena dia mengenakan sepatu. Tidak cukup menginjak kaki saya, saat mau duduk, karena agak gemuk, si ibu itu pun menyuruh saya bergeser. Saya pun ikut terdorong ke arah depan karena ibu itu memaksa menempelkan pantatnya seluruhnya. Eeh, ternyata tidak cukup menginjak dan mendorong saya, si ibu itu tanpa alasan yang jelas tiba-tiba memarahi saya
“Mas, geser donk! Udah saya dorong-dorong nggak mau geser juga. Begini nih kelakuan anak muda sekarang, ada orang tua gak mau ngalah”
Laaah …. dari tadi saya juga udah geser kali Bu. Saya pun lagi-lagi menanggung malu untuk kesalahan yang tidak saya pahami.
Tapi, di luar kejadian-kejadian itu, Bogor adalah episode indah di kehidupan saya. Saya tinggal di Cibinong tahun 2007 sampai 2009. Karena pusat hiburan terdekat terletak di Bogor, mau tidak mau hampir setiap weekend kami ke Bogor. Semua moda sudah pernah saya rasakan, KRL (waktu itu ada ekonomi, ekonomi AC, dan Ekspress), angkot, metro mini, bahkan ojek sekalipun. Bogor yang katanya kota hujan, menurut saya lebih tepat disebut kota angkot, karena memang banyak sekali angkot di sana.
Stasiun Bogor, Taman Topi, Warung Taman, Botani Square, The Jungle, pernah menjadi bagian dari cerita saya di sana. Dan yang tak kalah pentingnya adalah Kebun Raya Bogor. Memang dibanding dengan Jakarta, Bogor lebih sejuk. Karena memang posisinya lebih tinggi dari Jakarta, selain itu di Bogor masih banyak pepohonan—bahkan di tengah kotanya sekalipun. Pohon-pohon besar yang sudah tua dengan mudah akan kita temui di Bogor.
Selain banyak makanan enak, outlet belanja (baju dan sepatu) murah, juga banyak tempat yang cozy untuk sekedar ngumpul dan nongkrong. Dulu di daerah Pajajaran ada tempat makan surabi yang enak (saya lupa namanya, dan sekarang sudah tidak ada). Setiap ada rekan kantor yang ulang tahun, biasanya resto atau rumah makan sunda menjadi pilihan tempat untuk merayakannya. Saya sebagai penggemar kuliner sunda merasa sangat beruntung bisa tinggal dekat dengan Bogor.
Jadi, jika ditanya: masih mau tinggal di Bogor? Saya akan menganggukkan kepala saya berkali-kali tanda setuju, hehehe.
Kalau ditanya: masih mau tinggal di Apt. Kalibata City? Akan berkali-kali juga kan anda menganggukkan kepala tanda setuju, hehehe.
LikeLike