Menyatu dengan Alam di Curug Nangka

ENAM Juni 2011 lalu saya bersama empat orang teman saya pernah melakukan perjalanan mendadak yang lumayan mengesankan. Sebenarnya bukan kali ini saja perjalanan mendadak kami, karena hampir setiap punya rencana traveling seringnya tidak terencana alias ujug-ujug. Siang itu salah satu teman saya, Ajo, mengajak saya ikut ke Bogor. Padahal siang itu saya sedang ada di Bandung. Saat itu rencananya hanya ke Bogor saja, dan ternyata sudah ada tiga orang teman yang lain yang juga akan bergabung: Randy, Surya, dan Ozi. Karena kebetulan mas Randy ada mobil, pergilah mereka berempat menggunakan mobilnya pada sore hari dari Bintaro menuju Bogor, sedang saya berangkat dari Bandung dan harus menemui mereka di Botani Square sekitar lepas maghrib.

Sekitar jam 7 malam kami berangkat dari kota Bogor menuju Curug Nangka. Saat itu saya tidak tau mas Randy membawa mobilnya ke arah mana, karena saya hanya ikut saja plus ketiduran selama perjalanan. Ternyata dua jam kemudian kami sudah tiba di sebuah tempat tinggi, sangat dingin, suara jangkrik melengking, suara air sungai menderu, dan suara angin berhembus agak kencang, karena memang waktu itu memang sedang musim kemarau. Ternyata kami berada di lokasi wisata Curug Nangka. Curug Nangka–setelah saya cari tau, terletak di Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Untuk mencapainya kami melewati jalanan kecil menanjak yang berbelok-belok karena banyak tikungan.

Curug—merupakan bahasa Sunda yang berarti air terjun. Jadi sebenarnya Curug Nangka merupakan air terjun yang bernama Nangka. Curug Nangka biasanya disingkat menjadi Cunang. Malam itu rencananya kami akan menyewa tenda dan tidur di dalam tenda. Namun karena tidak ada tempat penyewaan tenda dan kebetulan ada warung yang menyediakan tempat menginap, kami pun menginap di warung itu.

Bangunannya bukan dari bata atau beton, tetapi dari anyaman bambu. Warung tersebut bisa disebut rumah panggung yang dipasang secara paksa di tepian sungai, karena tepat di belakang warung tersebut mengalir sungai yang entah apa namanya. Mengalir deras dan suaranya menemani tidur kami sepanjang malam yang dingin. Dingin sekali. Sudah menggunakan baju beberapa lapis plus jaket, tetap saja dingin. Tidak terbayang seandainya kami jadi menyewa tenda dan tidur di dalamnya.

Malam berlalu, pagi harinya kami harus melakukan sedikit tracking untuk menuju air terjun. Pemandangan lumayan indah, dengan pohon jati di sepanjang jalan. Kadang kami harus melewati tebing, kadang harus melompat diantara bebatuan sungai, hingga mas Randy pun pernah sekali terjatuh hingga kameranya membentur batu. Untung tidak rusak. Berikut ini beberapa foto yang bisa saya temukan diantara file foto-foto saya:

IMG00821-20110606-0645

IMG00824-20110606-0646

IMG00825-20110606-0659

IMG00826-20110606-0659

IMG00827-20110606-0756

IMG00828-20110606-0757

IMG00830-20110606-0758

IMG00831-20110606-0758

IMG00834-20110606-0759

 

 

Advertisement

2 Comments

  1. ada banyak penginapan di sebelum pintu masuk penjagaan. kalau turun sedikit ada highland park resort. tapi kalu yg terakhir ini jelas tak bagus untuk kantong), hehe.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.