Siapa sangka tulisan iseng saya—celotehan—yang nggak jelas ini ternyata bisa sampai tulisan yang ke-14. Bagi saya itu bukan prestasi, karena seharusnya saya justru bersedih. Semakin banyak tulisan berjudul celotehan artinya semakin banyak saya ngomong ngalor ngidul nggak jelas juntrungannya. Tapi gapapa lah ya, dari pada saya nggak nulis :p
Sering kita melihat sesuatu yang mempunyai bentuk atau komposisi berulang.
Misalnya seperti ini
atau seperti ini
seperti ini
atau seperti ini
Sesuatu yang berulang kadang menunjukkan keteraturan. Meski beberapa orang mengatakan sesuatu yang berulang menunjukkan sesuatu yang membosankan. Menurut saya pribadi sih sesuatu yang berulang memang menunjukkan keteraturan, namun kadang membosankan. Kadang saya merasa jenuh karena melakukan sesuatu yang berulang, sama setiap hari. Saya merasa seperti robot. Dan, kebosanan atau kejenuhan menurut saya adalah penyakit yang menyerang semua orang, terutama pegawai dengan pekerjaan sangat tidak bervariasi seperti saya.
Bentuk berulang, keteraturan, kedinamisan, banyak dipergunakan dalam dunia seni. Apapun. Seni lukis, bahkan banyak diaplikasikan para arsitek dalam membangun gedung atau bangunan tertentu. Bentuk kotak berulang, bentuk garis berulang, lingkaran berulang, elips berulang, dan seterusnya. Pada pandangan pertama keberaturan itu akan menimbulkan kesan indah, namun pada pandangan ketiga dan selanjutnya, atau bahkan jika kita pandangi terus-menerus justru menimbulkan rasa pusing dan mual, karena mempermainkan mata kita. Bentuk berulang, dinamis, proporsi panjang dan pendek suatu bentuk, banyak diceritakan Dan Brown dalam novelnya saat menceritakan mengenai suatu karya seni.
Seperti itulah sesuatu yang berulang, indah untuk dipandang pada pandangan pertama, namun menjadi membosankan pada pandangan berikutnya. Indah untuk dilihat dan dikomentari, namun membosankan untuk dijalani.
Dulu saya selalu berpikir bahwa manusia dianugerahi dengan kemampuan berpikir, berkreasi dan berpendapat dengan kadar yang sama. Siapapun. Memang benar, namun kemudian ‘kondisi’ membuat kadarnya berbeda. Kemampuan berpikir, berkreasi, dan berpendapat yang tidak mendapat tempat juga tidak akan berkembang, pada akhirnya mati.
Kepasrahan tidaklah menunjukkan sikap menyerah kita. Kepasrahan adalah hal terakhir yang bisa kita lakukan setelah kita melakukan dan memperjuangkan semuanya dengan baik, selayaknya. Setelah kita perjuangkan semampu kita, maka pasrah menunjukkan keberserahan diri kita kepada Yang Maha Mengatur.
Banner di atas saya temukan di sebuah food court, di Bintaro. Merasa tergelitik, saya pikir banner tersebut ada benarnya. Bahkan bener banget menurut saya. Good friends, good food, dan good song adalah kombinasi yang pas untuk hidup yang bisa dibilang sempurna. Sama seperti sempurnanya pasangan coklat panas dan pisang goreng ala Dini. Seperti pasangan hujan dan petrichor. Seperti pasangan aku dan kamu, meski kamu siapa aku tidak tahu, halah.
Makanan enak bersama sahabat-sahabat terbaik adalah anugerah, dan bersamanya pasti akan ada sebuah lagu yang indah juga untuk mengiringi kebersamaan tersebut.
Bagi teman-teman yang bingung mencari ide akan berpose seperti apa saat berfoto dengan si kecil, mungkin bisa mencontek gambar di bawah ini
Selamat hari Selasa!
” Seperti pasangan aku dan kamu, meski kamu siapa aku tidak tahu, halah. ”
semoga segera tahu dan bertemu. amin.
LikeLike
haha, sebenarnya pernah ketemu mas, tapi gak kenal saja 🙂
LikeLike