Bread, dalam lagunya Make it with You mengatakan bahwa Dreams, there for those who sleep, life is for us to keep. Kemudian Andrea Hirata dalam Tetralogi Laskar Pelangi mengatakan bahwa bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Seorang bijak yang lain mengatakan bahwa segala sesuatu berawal dari mimpi, pilihan kita cuma dua, apakah akan melanjutkan mimpi itu dengan kembali tertidur, atau bangun dari tidur dan mewujudkannya.
Baiklah, ini celotehan saya di siang hari, dan akan membicarakan mengenai mimpi. Anggap saja ini mimpi di siang bolong 🙂
Beberapa hari yang lalu, salah seorang tante saya menelepon saya. Dia menceritakan mengenai mimpi yang dia alami, tentang saya. Saya sedikit tertegun ketika tante saya menceritakan mengenai mimpinya tersebut. Kemudian sebagai bahan penghibur dan basa-basi, saya sampaikan bahwa itu cuma mimpi, kita berdoa saja semuanya akan baik-baik saja, mengingat tante saya bermimpi buruk mengenai saya.
Tidak lama setelah telepon tante saya itu, saya mencoba mencari arti mimpi tersebut melalui primbon, yang kemudian membuat saya kagum, bahwa untuk mengikuti perkembangan zaman, primbon pun sudah dibuat versi online-nya. Akhirnya saya mencari arti mimpi yang dialami tante saya itu, dan menurut primbon online, justru berarti baik. Mimpi buruk ternyata diartikan baik menurut primbon versi online. Saya belum melihat sih primbon versi offline nya, apakah memang berarti baik atau primbon online tersebut salah mengartikan mimpi tante saya. Bahkan saya sendiri bingung, apakah saya harus mempercayai arti mimpi tersebut atau tidak.
Saya jadi memikirkan sesuatu dari kejadian tersebut. Terkadang Tuhan mengirimkan kabar mengenai kita—baik atau buruk—kepada orang-orang yang masih memiliki hubungan darah dengan kita, baik hubungan darah langsung dalam garis keturunan lurus satu derajat (baca: orang tua, anak) maupun tidak lurus satu derajat (misalnya seperti kasus tante saya itu). Meskipun kabar itu belum tentu benar, atau dengan kata lain mimpi tersebut hanya bunga tidur semata.
Saya tidak akan membahas panjang lebar mengenai arti mimpi tersebut. Karena, tentu saja, siapa yang mengharapkan hal-hal atau kejadian buruk akan terjadi pada dirinya sendiri? Kita selalu berharap yang terjadi kepada kita adalah hal-hal baik, bukan hal-hal buruk. Terlepas dari mimpi buruk yang ternyata berarti baik tersebut, yang harus kita lakukan kadang hanya berusaha. Berusaha melakukan hal yang baik, sehingga kita dihindarkan oleh-Nya dari hal-hal yang buruk.
Jika kita ikuti kata-kata Bread dalam lagunya, kita jangan terlalu menggantungkan hidup ini kepada mimpi, karena mimpi hanya berlaku bagi dia yang tidur. Sedangkan, hidup adalah kenyataan, realita, tidak perlu mencubit diri kita sendiri untuk membuktikannya, hehehe. Sedangkan menurut Andrea Hirata, kita harus bermimpi, karena dengan diawali mimpi itu, Tuhan akan membuatnya menjadi nyata.
Di sini saya melihat perbedaan yang besar antara mimpi yang dimaksud Bread dan mimpi yang dimaksud Andrea Hirata. Mimpi versi Bread adalah mimpi dalam arti yang sebenarnya. Yaitu ketika badan kita tertidur, otak kita beristirahat, dan kita mengalami mimpi. Sedangkan mimpi yang dimaksud Andrea Hirata adalah mimpi yang lebih berarti impian, cita-cita, harapan di masa depan.
Dua orang tersebut—baik Bread maupun Andrea Hirata—sama-sama benar. Tergantung pada kondisi apa kita mengambilnya. Bagi saya, mimpi kadang hanya bunga tidur, tetapi mimpi juga bisa menjadi peringatan atau pengharapan kita akan sesuatu.
Semoga kita selalu diberi yang terbaik.