Jepang: Menemukan Kesadaran Yang Hilang

Sampai saat ini saya masih belum sadar, saya yang beberapa hari yang lalu sedang naik ojek kehujanan sekitar jam 1 dini hari di kampung sendiri, sekarang berada di kota yang sampai detik ini belum bisa saya mengerti kenapa ada orang-orang seperti mereka membangun sebuah kota dan negara yang seperti ini. Detik ini saya berada di Kyoto, memanfaatkan fasilitas free computer dari hostel tempat kami menginap, di kota sebelumnya (Osaka) hostel tempat kami menginap tidak menyediakan fasilitas free computer seperti sekarang ini.

Saya masih takjub melihat cara hidup dan perikehidupan mereka. Keteraturan di mana-mana, semua orang patuh pada aturan, bahkan sekedar untuk menyeberang jalan. Sejujurnya saya jadi malu, malu pada diri sendiri, juga malu pada pendidikan karakter yang telah diberikan di negara kita. Karakter adalah akar dari perilaku, akar dari perikehidupan. Intinya saya belajar banyak di sini, terutama tentang ketulusan dan keteraturan. Saya malu pada diri saya sendiri. Orang-di sini melakukan semua hal dengan begitu tulus, bahkan untuk hal-hal yang kecil dan sifatnya remeh temeh. Saya mengakui, saya malu pada diri saya sendiri.

Dan di sinilah sekarang saya berada, di tempat yang masih saya belum bisa mengerti kenapa ada orang-orang seperti mereka. Saya sendiri masih belum bisa menyadarinya. Saya masih mencari kesadaran saya yang hilang, saya takut kemudian saya terlambat menyadarinya saat saya harus mengakhiri semua ini. Saat saya harus kembali ke negeri sendiri.

Akan ada banyak cerita dari sini …..

—————————————–

Kyoto, 23 MEi 2014, 09:19 Waktu setempat

2 Comments

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.